Capres. Bayangan apa yang ada di pikiran anda saat mendengar kata ini? Mungkin banyak yang langsung mendirect pikiran kepada 'pencitraan', 'penjahat HAM', mafia dsb. Untuk saya saat ini, kata capres = lelah. Lelah melihat perdebatan yang selalu dikaitkan dengan capres. Dalam sebuah artikel di media online yang sedang membicarakan hal lain, tetap saja muncul komen2 'junk' capres. Nomer satu pilihanku lah, salam dua jari lah.
Baru periode ini fenomena pilpres sangat luar biasa efeknya di tanah air. Banyak yang tidak tahu apa2 tentang capres tiba-tiba berkomentar seolah mereka mengenal para capres dan cawapres 2014. Ironis. Padahal mereka hanya modal membaca. Bacaannya pun belum tentu semua benar. Mengapa saya berani mengatakan belum tentu semua benar? Ingat, terhadap buku suci Tuhan (kitab) saja manusia berani merevisi, memberi tanda koma, merubah2 kata sehingga terjadi perbedaan makna. Apalagi teehadap capres 2014.
Lelah. Lelah melihat teman-teman yang rajin mencemooh bapak-bapak yang belum tentu mereka kenal. Mengenal capres hanya lewat media. Lalu mereka merasa paling tahu. Setelah pilpres pun ternyata belum selesai. Masih ada perdebatan tentang hasil yang katanya di rekayasa. Tahun 2014 memang tahun mengerikan untuk indonesia. Bahkan suami istri hampir bercerai karena pilihan mereka berbeda, bilik suara pun seakan tidak berfungsi. Pilihan sudah ditampilkan di media sosial atau pun display pict di berbagai fasilitas chatting. Dengan bangganya menampilkan pilihannya dan menjelekkan yang tidak disukainya.
Berita teeakhir yang kubaca dari media sosial bahwa salah satu pasangan capres mendapat suara nol dan meminta pilpres ulang. Tolong, tolong dihitung dengan benar. Kami rakyat kecil ini butuh bekerja, butuh mengurus anak, butuh melakukan hal yang lain. Hitungan suara itu kah yang anda peduli kan tuan-tuan???
Untuk sebagian orang, memilih itu membutuhkan surat A5 yang harus diurus sebelum hari pemilihan. Mereka rela mengurusnya. Dan saat hari penting itu tiba, mereka berharap suara dihitung dengan benar. Tolong para penghitung suara, hitunglah dengan benar. Jangan sampai karena kesalahan tuan-tuan, kami rakyat harus dikumpulkan lagi. Harus memberikan suara (lagi). Hanya mencoblos, demi masa depan bangsa dsb itulah alasan yg tuan gunakan utk mengundang kami kembali. Bukan itu tuan. Hanya kata "lelah" melihat semua ini yang dapat mewakili.
Capres dan cawapres 2014
Pilpres 2014
By Tita Dewa